Jumat, 29 Juli 2011

Arti kehidupan

Aku memanggil langit dan bumi menjadi
saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu
kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat
dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup,
baik engkau maupun keturunanmu, dengan
mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-
Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti
hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah
yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada
nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak
dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka."
Apakah arti hidup? Bagaimana saya dapat
menemukan tujuan, pemenuhan dan kepuasan dalam
hidup? Apakah saya memiliki potensi untuk
mencapai sesuatu yang memiliki makna yang kekal?
Banyak orang tidak pernah berhenti
mempertanyakan apakah arti hidup itu. Mereka
memandang ke belakang dan tidak mengerti
mengapa mereka merasa begitu kosong walaupun
mereka telah berhasil mencapai apa yang mereka
cita-citakan.
Salah satu pemain baseball yang namanya dicatat
dalam Baseball Hall of Fame ditanya hal apa yang dia
harapkan diberitahukan kepadanya ketika dia baru
mulai bermain baseball. Dia menjawab, “Saya
berharap orang akan memberitahu saya bahwa
ketika kamu sampai di puncak, di sana tidak ada
apa-apa.” Banyak cita-cita yang berhasil dicapai
dengan kerja keras ternyata tidak mampu
memberikan kepuasan setelah dikejar dengan sia-sia
bertahun-tahun lamanya.
Kita hidup dalam masyarakat yang humanistik
dimana orang mengejar banyak cita-cita,
menganggap bahwa di dalamnya mereka akan
mendapatkan makna. Beberapa cita-cita ini termasuk:
kesuksesan bisnis, kekayaan, relasi yang baik,
seks, hiburan, berbuat baik kepada orang lain, dll.
Namun banyak orang yang memberi kesaksian
bahwa saat mereka berhasil mencapai cita-cita
mereka untuk mendapat kekayaan, relasi dan
kesenangan, di dalam diri mereka ada kekosongan
yang dalam; perasaan kosong yang tidak dapat
dipenuhi oleh apapun. Saya pernah mengenal
seseorang yang bila dilihat dari luar kelihatannya
hidupnya terbilang sukses. Dia memiliki isteri dan
anak-anak yang manis, pekerjaan yang mapan,
jabatan pelayanan yang dihormati di gereja serta
memiliki gelar master yang diperoleh di luar negeri.
Akan tetapi herannya dia tetap merasa ada yang
kurang dalam hidupnya. Sejujurnya bila saya tidak
mengenalnya secara pribadi, saya sulit untuk
percaya bahwa dia tidak merasa puas dengan
semua yang telah dia miliki.
Ketika Tuhan Allah menciptakan manusia, Dia
menciptakannya menurut gambar-Nya. Tuhan
menciptakan manusia segambar dengan-Nya karena
Dia menginginkan persekutuan dan berbagi kasih
dengan mereka. Akan tetapi, sejak manusia jatuh ke
dalam dosa, mereka kehilangan persekutuan
tersebut. Padahal manusia diciptakan untuk
bersekutu dengan Allah sehingga mereka akan tidak
lagi dapat merasa utuh bila persekutuan tersebut
tidak dipulihkan. Sumber dari segala penderitaan
manusia adalah keterpisahan dengan Allah, sang
pencipta-Nya.
Hubungan dengan Allah itu dimungkinkan untuk
dipulihkan hanya melalui Anak-Nya, Yesus Kristus.
Hidup kekal diperoleh ketika seseorang menyesali
dosa-dosanya (tidak mau lagi hidup dalam dosa
namun ingin Kristus mengubah mereka dan
menjadikan mereka pribadi-pribadi yang baru) dan
mulai bergantung pada Yesus Kristus sebagai
Juruselamat. Namun makna hidup yang sebenarnya
ditemukan ketika orang mulai berjalan mengikuti
Kristus sebagai murid-Nya, belajar dari Dia,
menggunakan waktu bersama dengan Dia dalam
Firman-Nya, bersekutu dengan Dia dalam doa, dan
berjalan dengan-Nya dalam ketaatan kepada
perintah-perintah-Nya.
Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut
Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya
dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya
karena Aku, ia akan memperolehnya.” Tuhan tidak
pernah memaksa seseorang untuk mengikuti dan
menjadi murid-Nya. Kita bisa memilih untuk mau
membayar harga untuk menjadi murid-Nya atau
menolak panggilan-Nya tersebut. Kita bisa terus
berusaha mengarahkan hidup kita sendiri (dan
sebagai hasilnya hidup dalam kehidupan yang
kosong) atau kita bisa memilih untuk mengikuti
Tuhan dan rencana-Nya bagi hidup kita, mengikuti-
Nya dengan sepenuh hati (hasilnya, hidup yang
penuh arti dan mendapatkan kepuasan). Bapa kita di
surga sangat mengasihi kita dan menghendaki yang
terbaik bagi kita. Kehendak-Nya memang bukan
selalu yang paling mudah, tapi pada akhirnya itu
yang paling memberi kepuasan.
Ada harga mahal yang harus dibayar untuk dapat
memperoleh kehidupan yang penuh makna (penuh
sukacita dan berkelimpahan) seperti yang telah
dijanjikan oleh Kristus. Mereka yang telah
membayar harga (penyerahan penuh kepada
Kristus dan kehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar